Unable to Login to Tekkit? Here Are the Fixes

Developed by the Technic team, Tekkit refers to a modpack for the popular game named Minecraft. Tekkit brings together some of the most popular mods from the Minecraft community for automation…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Seleraku Katanya Seperti Orang Tua

Aku bukan orang modis yang ikut tren. Aku selalu mengikuti apa yang aku suka. Masa bodoh dengan hal yang sedang booming, aku tak peduli dan lebih suka dengan hal yang memang aku suka dan membuatku nyaman.

Aku pernah dapat celetukan bahwa aku bisa dianggap orang kuno dan tidak update. Seleraku memang bisa dibilang jadul dan agak nyeleneh. Bahkan ada yang bilang seleraku mirip level bapak-bapak dan ibu-ibu.

Aku tidak terlalu update dengan lagu pop dari Indonesia, Western, dan K-Pop. Dulu pernah temanku bercerita panjang lebar tentang satu lagu pop Indonesia yang sedang beken tapi sayangnya aku tidak terlalu paham. Ketika ditanya lagu Indonesia apa yang aku dengarkan, lantas jawabku bilang keroncong dan tembang Jawa lawas.

“Buset, seleramu tua banget!”

Aku hanya bilang iya. Tak ambil pusing, tak aku rasa pula itu sebagai hinaan. Memang benar sudah tua sih lagunya, itu fakta yang tak dapat dipungkiri. Namun, jujur saja lagu dari genre tersebut entah kenapa malah masih melekat di kepalaku.

Radio yang aku dengarkan kadang cuma bagian sesi keroncong dan tembang lawas.

Aku masih bisa nembang Jawa, paling tidan tembang macapat seperti Pocung dan Pangkur. Anak-anak sekarang yang seumuran keponakanku pasti cuma hah, hoh, hah, hoh tak paham apa yang aku maksud. Sama halnya dengan tembang Jawa beberapa gagrak lawas dan gagarak anyar yang aku pelajar selama SD masih lekat di memoriku.

Kenapa aku suka lagu yang kuno seperti itu? Entahlah, mungkin karena aku terbiasa mendengarnya dari kecil jadinya sudah terbiasa dan menikmatinya hingga sekarang. Bahkan kadang kalau sedang naik motor dan lewat jembatan di dekat rumah yang membelah Bengawan Solo aku selalu bernyanyi lagu Bengawan Solo. Lagu keroncong kondang yang aku rasa banyak orang sepuh tahu.

Aku pikir, semua itu balik ke selera orang sukanya lagu apa. Aku dibilang mirip orang sepuh tak masalah, dibilang wibu karena sering dengar lagu J-Pop juga tak masalah, aku dibilang aneh juga tak ambil pusing. Semua kembali ke selera orang dan selera tak dapat dipaksa. Dihormati saja orangnya gemar apa dan jangan diusik. Biarkan dia menikmati dan senang dengan apa yang dia suka.

Jadi, apa aku orang kuno? Terserah sih orang berpikir apa. Aku suka tembang lawas dan keroncong karena aku rasa ada nilai yang aku dapat dari dua hal tersebut. Mungkin sambil tipis-tipis kadang aku belajar sebab keduanya ada kalanya menggunakan bahasa Jawa di liriknya.

Pada akhirnya, musik berbagai genre itu seni. Sebagai pendengar kita hanya bisa menikmati dan mengapresiasinya sendiri. Karena ya musik itu beragam dan tak bisa dipukul sama rata.

restyu, 260323.

Add a comment

Related posts:

To Anyone Feeling Stuck Right Now

Life feels pretty upside down right now. The pandemic has taught us how quickly things can change. It seems foolish to make any meaningful future plans. In May, I graduated with my MBA from NYU Stern…

Property Investments In Esentepe

Senilk Real Estate presents a range of exceptional properties in Northern Cyprus that will exceed your expectations. Whether you’re a discerning investor, a family seeking a peaceful retreat, or a…

Confronting Educational Disengagement with a Contract

John Locke and learning disengagement are two ideas that initially seem disparate but share an important theme: social contracts. Social contracts are a concept that have been in place since the…