Period Cramps

— Elusan.

Alih-alih melihat Karina, Winara yang sedang menahan pipis sejak saat di kampus itu terkaget melihat sosok perempuan paruh baya berparas cantik dengan bentuk wajah serupa dengan teman kampusnya itu sedang membuka pintu pagar dan menyapanya.

“Halo, ada perlu apa ya?” Ucap perempuan yang sedang melihat Winara membawa beberapa plastik dan paper bag di tangannya.

“Uh- halo, Tante. Saya Winara, temannya Karina. Karina nya ada, Tante?”

“Oh, adaa. Tapi Karina katanya perutnya lagi sakit, jadi di kamar aja dia dari tadi,” jelas ibunda dari Karina. “Sok, kamu samperin ke kamarnya aja ya. Kamarnya ada di lantai dua yang menghadap ke tangga,” lanjutnya.

Dengan begitu, Winara mengindahkan perkataan wanita paruh baya itu.

Perempuan itu sekilas mirip sekali dengan Karina. Yang membedakannya hanyalah logat bicara mereka. Ibunda Karina terdengar seperti orang yang berasal dari wilayah Jawa Barat. Sedangkan Karina sama sekali tidak memiliki logat tersebut.

Sayang sekali, pikir Winara. ‘Padahal kalo agak nyunda lucu kali ya.’

Setelah memijakkan kaki di anak tangga paling atas, benar saja, Winara langsung bisa melihat pintu kamar yang dihiasi stiker kecil bertuliskan ‘K’.

Tok tok.

“Karinn, ada mang dudu nih.”

Karina yang masih kebingungan melihat pesan di handphone-nya itupun semakin bingung karena mendengar suara perempuan yang tidak asing di telinganya.

Dengan segenap tenaga yang tersisa dari menahan rasa sakit, Karina pun berusaha bangkit dari kasurnya untuk melihat si empunya sumber suara.

“Loh? Kok bisa masuk?”

“Bisa dong, canggih kan gue.”

“Aduh. Sumpah perut gue sakit banget, ga tahan berdiri lama-lama. Gue sambil tiduran di kasur gapapa ya?” ucap Karina seraya berjalan menuju kasur sambil memegangi perut bagian bawahnya.

Winara pun mengikutinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

“Nih, buat nepatin janji gue bawain martabak mang dudu, sama ada ini,” Winara menyerahkan beberapa bungkusan yang ia bawa.

Mendengar hal tersebut, Karina terduduk membenarkan posisinya dengan menyenderkan kepala pada headboard kasurnya.

“Ternyata, setelah gue cari tau, air anget emang bisa ngurangin rasa nyeri haid, tapi caranya bukan diminum. Air angetnya ditempelin ke bagian perut yang sakitnya,” ucap Winara.

Karina saat ini sedang meringkuk di kasurnya sembari mengenakan heating pad pemberian Winara. Gadis tersebut baru saja selesai memakan beberapa potong martabak yang dibawa oleh Winara. Winara berhasil membuat Karina memakan makanan tersebut dengan sedikit paksaan. Pasalnya, Karina sebelumnya menyampaikan bahwa Ia belum memakan apapun dari tadi pagi. Hal tersebut membuat Winara terheran.

Winara merupakan sosok yang organized. Ia selalu memastikan dirinya tidak melewatkan makan pagi, siang, dan malam. Bisa dibilang, Ia sangat terjadwal dalam hal apapun sehingga Ia bisa memastikan semua yang dijalaninya dapat terkendali dengan baik.

Melihat Karina yang kembali meringkuk di kasurnya, membuat Winara menghampirinya. Winara duduk tepat di sebelah Karina. Tanpa aba-aba, tiba-tiba Karina merasakan sebuah tangan yang menempel pada punggungnya. Tangan tersebut bergerak mengelus punggungnya dengan pelan. Karina yang biasanya tidak ingin diganggu sama sekali apalagi disentuh oleh orang lain saat dirinya sedang nyeri haid, tidak disangka-sangka justru merasa nyaman dengan elusan tersebut.

Related posts:

Life consists of small moments and close encounters making it hard to learn orgiveness. It's even more difficult to forgive ourselves.

I Meta motori di ricerca sono un’alternativa alle soluzioni più conosciute e tradizionali, che hanno delle caratteristiche particolari. Scopriamo insieme di cosa si tratta. Se volessimo provare a…

More and more people are working from home. Some of us are vetted in the process. Others are struggling to get anything done. Sometimes your TV is more enticing than work. Sometimes procrastination…